EKSPOR MIGAS DAN SEBARANNYA
Ekspor Migas di Indonesia dilakukan sejak ditemukannya
minyak dan dikembangkan awal abad ke 19 oleh pemerintah belanda. Menariknya
adalah seluruh lapangan minyak yang ada sekarang sebagian besar merupakan
kelanjutan dari lapangan minyak yang ditemukan pada zaman pemerintah belanda.
Sehingga tidak aneh bahwa penguasaan produksi migas tetap di kuasai oleh
perusahaan asing.
Ekspor minyak mentah sebelum tahun 2000 , dilakukan karena
kilang minyak di Indonesia kapasitasnya lebih kecil dari produksi minyak
mentah. Sekarang produksi minyak cendrung menurun, terutama sumur minyak yang
menjadi sumber pasokan kilang , sehingga pada kilang terjadi kekurangan pasokan
minyak mentah, dan kekurangan ini di impor. Dan minyak yang di ekspor tetap di
ekspor karena spesifikasinya kurang cocok dengan minyak yang digunakan di
kilang.
Ekspor migas di Indonesia dibagi dalam 3 kelompok. Yaitu :
(1) ekspor minyak mentah, (2) ekspor BBM, dan (3) ekspor non BBM.
Ekspor Minyak mentah
Minyak mentah dan kondensate tahun 2012 ekspor sebesar
15,6 juta ton,atau 31 persen dari ekspor
migas. dengan nilai 12,7 milyar USD atau
32 persen, yang bersumber dari beberapa daerah . Besarnya ekspor minyak dari daerah Sumber,
mencerminkan besarnya kapasitas produksi dari lapangan minyak yang berada dekat pelabuhan ybs.
Ekspor minyak bersumber dari 11 provinsi dengan 20 pelabuhan
ekspor. Yaitu (1) provinsi Riau (
pelabuhan Dumai dan sungai pakning), (2) provinsi Kalimantan Timur ( pelabuhan
tanjung santan, senipah, dan Balikpapan), (3) provinsi kepulauan Riau (
pelabuhan udang natuna), (4) Jawa Barat ( pelabuhan Arjuna java, Cinta
Java, dan Balongan), (5) provinsi jambi
( pelabuhan muara sabak), (6) provinsi Jawa Timur ( pelabuhan Tuban, gresik,
sampan, dan kalianget), (7) provinsi
Bangka Belitung ( pelabuhan Muntok), (8) Provinsi Irian Jaya Barat ( pelabuhan
bintuni, dan Sorong), (9) provinsi
Sulawesi Tengah ( pelabuhan Posso ), (10) provinsi Aceh ( pelabuhan
blang lancing), (11) Provinsi Maluku (
pelabuhan Ambon ).
Eksportir terbesar dari daerah Provinsi Riau, yaitu sebesar
6,8 juta ton, atau 43 persen ( pelabuhan Dumai 6,7 juta ton, S.pakning 0,1 juta
ton ). senilai 5,7 milyar USD, atau
44.7 persen dari ekspor minyak mentah.
Eksportir terbesar kedua adalah provinsi Kalimantan Timur
sebesar 2,9 juta Ton, atau 19 persen (
pelabuhan tanjung santan = 1,6
juta ton, senipah 1,2 juta ton,
dan Balikpapan 0,1 juta ton ), dengan nilai 2,4
milyar USD.
Eksportir ketiga terbesar adalah kepulauan Riau sebesar 1,4
juta Ton atau 9,1 persen dari pelabuhan Udang Natuna, senilai 1,2 milyar USD,
atau 9,3 persen,
Eksportir keempat terbesar Prov Jawa barat sebesar 1,1 juta ton ( dengan pelabuhan Arjuna java,
Balongan, cinta java ), atau 6,8
persen, senilai 0,8 milyar USD atau
6,3 persen.
Daerah eksportir lainnya ( daerah Jambi, Jawa Timur, Bangka
Belitung, Irian jaya Barat, Nangroe Aceh Darussalam, Maluku, Sulawesi Tengah )
21,8 persen dari total ekspor minyak metah.
Ekspor BBM
Indonesia kekurangan pasokan BBM, karena kebutuhan akan BBM
cendrung meningkat, sedang kapasitas kilang relative tetap ( selama belum ada
pembangunan kilang baru). Kekurangan pasokan BBM ditutupi dengan impor. Ekspor
dilakukan karena Indonesia terikat dengan perjanjian beberapa Negara untuk
memasok BBM, oleh karena itu angka ekspor relative kecil .
Ekspor BBM
sebesar 1,0 juta Ton atau 3 persen,
senilai 0,7 milyar USD atau 3 persen dari total ekspor migas. Ada 8 daerah peng
ekspor BBM, yaitu : (1 ) Sumatra Utara, (2) Kalimantan Timur, (3)Jawa Tengah,
(4) Banten, (5) Nusa Tenggara Timur, (6) Jawa Timur, (7) DKI Jakarta, (8)
Kepulauan Riau.
Dearah terbesar ekspor BBM adalah (1) Sumatra Utara 468 ribu Ton, atau 45 persen
dari total ekspor BBM, (2) Kalimantan Timur 338 ribu Ton atau 33 persen, (3) Jawa Tengah 134 ribu ton
atau 13 persen , (4) Banten 52 ribu ton
atau 5 persen, (5) Nusa Tenggara Timur 36 ribu ton atau 3,5 persen lainnya 8
ribu ton atau 0,8 persen.
Ekspor Non BBM
Ekspor Non BBM sebesar 32,3 juta Ton atau 66 persen dari
total ekspor migas indonesia, senilai 23,5 milyar USD atau 63 persen. dari
jumlah ini (1) ekspor LNG sebesar 20,6
juta ton, senilai 15 milyar USD, (2) Gas lain untuk bahan bakar sebesar 6,8 juta ton,
senilai 5,2 milyar USD, (3) bahan dasar
untuk aspal sebesar 3,1 juta ton, senilai 2,3 milyar USD,(4) non BBM lainnya
1,8 juta Ton, senilai 1 milyar USD.
Ekspor LNG terbesar dari Kalimantan Timur, setelah itu IRJABAR,
dan NAD terkecil.
Dari NAD cendrung menurun . Dari daerah IRJABAR merupakan sumber yang relative baru,
sehingga cendrung meningkat.
tabel
Ekspor LNG
Dlm juta ton
|
Dlm milyar USD
|
|
Irian Jaya Barat
|
7,3
|
3,1
|
Kalimantan Timur
|
12,2
|
10,9
|
Nangroe Aceh Darussalam
|
1,1
|
1,0
|
total
|
20,6
|
15,0
|
tabel
Ekspor gas lain
untuk bahan bakar
Dlm juta ton
|
Dlm milyar USD
|
|
Kepulauan Riau
|
6,8
|
5,2
|
Tabel
Ekspor bahan dasar
aspal
dlm 000 ton
|
dlm 000 USD
|
|
Banten
|
7,8
|
1,9
|
Irian Jaya Barat
|
35,3
|
27,0
|
Irian Jaya Barat
|
23,6
|
14,0
|
Jawa Timur
|
102,3
|
75,1
|
Kalimantan Timur
|
2.053,8
|
1.470,2
|
Riau
|
500,5
|
409,0
|
Sumatera Selatan
|
429,5
|
307,272
|
total
|
3.152,9
|
2.304,5
|
Kesimpulan.
Ekspor Minyak Mentah didominasi pada 4 daerah provinsi,
yaitu Riau, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan jawa Barat, sebesar 78,2 persen dari total ekspor minyak mentah.
EKSPOR BBM dilakukan
hanya untuk memenuhi perjanjian bilateral terhadap beberapa Negara.
Ekspor Non BBM mayoritas adalah Gas yaitu LNG dan gas
lainnya sebesar 85 persen dari nilai total ekspor Non BBM. Dan daerah eksportirnya adalah Riau,
Kalimantan Timur, NAD. Dan Kepulauan Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar